Beranda | Artikel
KEADAAN KEAGAMAAN BANGSA ARAB SEBELUM TERBITNYA ISLAM
Selasa, 5 Oktober 2021

Sebelum kedatangan Islam sebagai rahmat Allah untuk alam semesta ini, Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa ideolgi, keyakinan keagamaan. Agama-agama yang sudah ada pada saat itu ialah :

  • Yahudi. 

Agama ini dianut orang-orang Yahudi yang berimigrasi ke Jazirah Arab. Daerah Madinah, Khaibar, Fadk, Wadi Al Qura dan Taima’ menjadi pusat penyebaran pemeluknya.1 Yaman juga dimasuki ajaran ini, bahkan Raja Dzu Nuwas Al Himyari juga memeluknya. Bani Kinanah, Bani Al Haarits bin Ka’ab dan Kindah juga menjadi wilayah berkembangnya agama Yahudi ini.2

  • Nashara (Kristen). 

Agama ini masuk ke kabilah-kabilah Ghasasinah dan Al Munadzirah. Ada beberapa gereja besar yang terkenal. Mislnya, gereja Hindun Al Aqdam, Al Laj dan Haaroh Maryam. Demikian juga masuk di selatan Jazirah Arab dan berdiri gereja di Dzufaar. Lainnya, ada yang di ‘And dan Najran. Adapun di kalangan suku Quraisy yang menganut agama Nashrani adalah Bani Asad bin Abdil Uzaa, Bani Imri-il Qais dari Tamim, Bani Taghlib dari kabilah Rabi’ah dan sebagian kabilah Qudha’ah.3

  • Majusiyah 

Sebagian sekte Majusi masuk ke Jazirah Arab di Bani Tamim. Diantaranya, Zaraarah dan Haajib bin Zaraarah. Demikian juga Al Aqra’ bin Haabis dan Abu Sud (kakek Waki’ bin Hisan) termasuk yang menganut ajaran Majusi ini. Majusiyah juga masuk ke daerah Hajar di Bahrain.4

  • Syirik (Paganisme). 

Kebanyakan bangsa Arab menyembah patung berhala, bintang-bintang dan matahari yang oleh mereka dijadikan sebagai sesembahan selain Allah. Penyembahan bintang-bintang juga muncul di Jazirah Arab, khususnya di Haraan, Bahrain dan di Makkah, mayoritas Bani Lakhm, Khuza’ah dan Quraisy. Sedangkan penyembahan matahari ada di negeri Yaman. 

Dahulu, kebanyakan bangsa Arab mengikuti agama Nabi Ibrahim dan dakwah Nabi Isma’il, mereka menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya dalam seluruh peribadatan. Setelah melewati beberapa masa, aqidah tauhid luntur. Meski demikian, mereka masih memiliki tauhid dan sebagian syiar agama Nabi Ibrahim sampai kota Makkah dikuasai Bani Khuza’ah. Bani Khuza’ah menguasai Ka’bah selama kurang lebih tiga ratus tahun atau lima ratus tahun. Mulai terjadinya penyembahan terhadap berhala (paganisme) di kalangan bangsa Arab, saat Bani Khuza’ah dipimpin Amru bin Luhai Al Khuza’i. 

Kisahnya sebagaimana disampaikan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab An Najdi, sebagai berikut : “Adapun kisah Amru bin Luhai dan perubahan agama Nabi Ibrahim, bahwa ia seorang yang berkembang dalam sifat baik dan dermawan, serta memiliki semangat agama yang tinggi, sehingga orang-orang sangat mencintai dan mengikutinya. Karena sifat yang baik inilah, mereka mengangkatnya sebagai pemimpin. Dia pun menjadi penguasa Makkah dan Ka’bah. Bangsa Arab menganggapnya sebagai ulama besar dan wali. 

Pada suatu waktu, ia bepergian ke negeri Syam. (Di sana), ia melihat mereka (ahli Syam) menyembah patung berhala. Kemudian ia menganggap hal itu baik dan menyangkanyasebagai suatu kebenaraan, karena Syam adalah tempat para rasul dan turunnya kitab suci, sehingga mereka memiliki keutamaan dalam hal itu daripada ahli Hijaz dan yang lainnya. Dia pun kembali ke Makkah, (sambil) membawa patung Hubal dan menempatkannya di dalam Ka’bah, serta mengajak ahli Makkah untuk berbuat syirik. Ajakan itu mereka terima. Sedangkan ahli Hijaaz mengikuti ahli Makkah dalam agama, karena ahli Makkah adalah pemilik Ka’bah dan penduduk tanah suci”.5 

Kemudian Amru bin Luhai mendapatkan patung-patung kaum Nabi Nuh yang telah terpendam akibat banjir taufan dan membagibagikan patung tersebut kepada kabilah-kabilah Arab. Hal ini diceritakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab : “Amru bin Luhai adalah seorang dukun yang memiliki jin. Berkatalah jin tersebut kepadanya : “Percepat perjalanan dan kepergianmu dari Tuhamah dengan kebahagian dan keselamatan. Datangilah Jeddah, nanti kamu akan menemukan patung-patung yang telah jadi. Bawalah ke Tuhamah, dan jangan hadiahkan. Serulah bangsa Arab untuk menyembahnya, nanti mereka akan menerimanya,” lalu ia mendatangi Jeddah dan mencari patung-patung tersebut dan membawanya ke Tuhamah. Ketika datang musim haji, maka ia mengajak bangsa Arab untuk menyembahnya.6

Oleh karena itu Rasulullah ﷺ bersabda :

رَأَيْتُ عَمْرَو بْنَ عَامِرِ بْنِ لُحَيِّ الْخَزَاعِيَّ يَجُرُّ قُصْبَهُ فِيْ النَّارِ وَكَانَ أَوَّلَ مَنْ سَيَّبَ السَّوَائِبَ

Aku melihat Amru bin A’mir bin Luhai menyeret ususnya di neraka, dan ia adalah orang pertama yang mencetuskan ajaran As Sayaaib7. (HR Al Bukhari dalam Shahih-nya, Kitab Al Manaqib, Bab Qishah Khuza’ah, no. 3260). 

Patung-patung tersebut adalah Wadd, Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr. Allah l menyebutkan dalam firmanNya, (artinya) : Dan mereka berkata “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu ilah-ilah dan jangan pulasekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd. Dan jangan pula add Suwaa’, Suwaa’, Yaghuts, aghuts, Ya’uq dan a’uq Nasr”. (QS Nuh : 23). 

Kemudian paganisme merambah ke seluruh bangsa Arab. Hingga akhirnya, setiap rumah memiliki berhala sendiri-sendiri dari berbagai macam benda yang mereka ciptakan sendirisendiri. Abu Ar Raja’ Al ‘Atharisi menceritakan : 

كُنَّا نَعْبُدُ الْحَجَرَ فَإِذَا وَجَدْنَا حَجَرًا هُوَ أَخْيَرُ مِنْهُ أَلْقَيْنَاهُ وَأَخَذْنَا الأَخَرَ فَإِذَا لَمْ نَجِدْ حَجَرًا جَمَعْنَا جُثْوَةً مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ جِئْنَا بِالشَّاةٍ فَحَلَبْنَاهُ عَلَيْهِ ثُمَّ طُفْنَا بِهِ

Kami menyembah sebuah batu. Jika kami dapati batu lain yang lebih bagus, maka kami buang (yang pertama) dan kami ambil yang kedua. Jika kami tidak mendapati batu, maka kami kumpulkan tanah dan kami bershadaqah dengan susu, dan kami thawafi (kumpulan tanah tersebut).8 

Diantara mereka ada yang menyembah pohon atau malaikat, dan menyatakan malaikat adalah anak perempuan Allah, sebagaimana dikisahkan Al Qur’an, artinya : Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? (QS An Najm : 21).

 Ada juga yang menyembah jin, lalu jinnya masuk Islam, dan penyembahnya masih menyembahnya. Ibnu Mas’ud menyatakan : 

كَـــانَ نَاسٌ مِنَ الإِنْسِ يَعْبُدُوْنَ نَاسًا مِنَ الْجِنِّ فَأَسْلَمَ الْجِنُّ وَتَمَسَّكَ هَؤُلَاءِ بِدِيْنِهِمْ

Dulu ada sejumlah orang yang menyembah sejumlah jin, lalu jin tersebut masuk Islam dan mereka (para penyembahnya) tetap berada pada agama mereka. Lalu turunlah firman Allah, (artinya) : Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmatNya dan takut akan adzabNya. Sesungguhnya adzab Rabb-mu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti. (QS Al Isra’ : 57) 

Tentang penyembahan mereka kepada malaikat dan jin, telah Allah kisahkan dalam firmanNya, (artinya) : Dan (ingatlah) hari (yang pada waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?” Malaikat-malaikat itu menjawab: “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”. (QS Saba’:40-41). 

Bangsa Arab memiliki thaghut-thaghut, berupa rumah keramat menyamai Ka’bah. Diantaranya Al Laata dan Uzza. Mereka memperlakukannya sebagaimana memperlakukan Ka’bah. 

  • Al Hunafa’ 

Meskipun pada waktu hegemoni paganisme di masyarakat Arab sedemikian kuat, tetapi masih ada beberapa orang yang dikenal sebagai Al Hanafiyun atau Al Hunafa’. Mereka tetap berada dalam agama yang hanif, menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya serta menunggu datangnya kenabian. 

Diantara mereka adalah Qiss bin Sa’idah Al Iyaadi, Zaid bin ‘Amru bin Nufail, Waraqah bin Naufal, Umayah bin Abi Shalt, Abu Qais bin Abi Anas, Khalid bin Sinan, An Nabighah Ad Dzubyani, Zuhair bin Abi Salma, Ka’ab bin Luai bin Ghalib, Umair bin Haidab Al Juhani, ‘Adi bin Zaid Al ‘Ibadi, penyair Zuhair bin Abi Salma, Abdullah Al Qudhaa’i, Ubaid bin Al Abrash Al Asadi, Utsman bin Al Huwairits, Amru bin ‘Abasah Al Sulami, Aktsam bin Shaifi bin Rabaah dan Abdul Muthalib kakek Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam 9

PATUNG-PATUNG YANG TERKENAL DI KALANGAN BANGSA ARAB JAHILIYAH

Sedemikian banyaknya berhala yang diagungkan bangsa Arab pada waktu itu. Jumlahnya mencapai lebih dari tiga ratus enam puluh buah, sehingga menyesaki lingkungan Ka’bah. Di antara berhala yang paling populer di kalangan mereka ialah : 

  • Wadd. 

Adalah nama patung milik kaum nabi Nuh yang berasal dari nama seorang shalih dari mereka. Ditemukan kembali oleh Amru bin Luhai di Jeddah dan diberikan kepada Auf bin ‘Adzrah dan ditempatkan di Wadi Al Quraa di Dumatul Jandal10 dan disembah oleh bani kalb bin Murrah.11 Patung ini ada sampai datangnya Islam kemudian dihancurkan Kholid bin Walid dengan perintah rasululloh. 

  • Suwaa’ 

Adalah salah satu patung kaum nabi nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Mudhor bin Nizaar12 dan diserahkan kepada bani Hudzail serta ditempatkan di Rohaath sekitar 3 mil dari Makkah.13

  • Yaghuts 

Adalah salah satu patung kaum nabi nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Na’im bin Umar Al Muradi dari Majhaj dan ditempatkan di Akmah atau Jarsy di Yaman, disembah oleh bani Majhaj dan bani An’am dari kabilah Thaiyi’.14

  • Ya’uq 

Adalah salah satu patung kaum nabi nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Hamadan dan ditempatkan di Khaiwaan, disembah oleh orang-orang Hamadan.15

  • Nasr 

Adalah salah satu patung kaum nabi nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Himyar dan ditempatkan di Saba’ disembah oleh bani Dzi Al Kilaa’ dari kabilah Himyar dan sekitarnya.16

  • Manaah 

Adalah salah satu patung berhala yang ditempatkan di pantai laut dari arah Al Musyallal17di Qadid antara Makkah dan Madinah. Patung ini sangat diagungkan oleh suku Al Aus dan Al Khazraj. Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menghancurkannya pada penaklukan kota Makkah.18

  • Laata 

adalah kuburan orang shalih yang ada di Thaif yang dibangun dengan batu persegi empat. Bangsa Arab seluruhnya sangat mengagungkannya dan sekarang tempatnya adalah di menara masjid Thaif.19 Ada yang mengatakan bahwa Laata adalah nama seorang yang membuat masakan Sawiiq untuk jamaah haji, lalu ia meninggal kemudian kuburannya disembah. Ketika bani Tsaqif masukIslam maka Rasulullah mengutus Al Mughiroh bin Syu’bah untuk menghancurkannya dan kuburan ini dibakar habis. 

  • Al ‘Uzza 

Al ‘Uzza adalah satu pohon yang disembah. Ia lebih baru dari Al Laata, ditempatkan di Wadi Nakhlah di atas Dzatu ‘Irqin. Mereka dulu mendengar suara keluar dari Al Uzza. Berhala ini sangat diagungkan Quraisy dan Kinaanah. Ketika Rasulullah menaklukan Makkah, beliau mengutus Khalid bin Al Walid untuk menghancurkannya. Ternyata ada tiga pohon dan ketika dirobohkan yang ketiga, tiba-tiba muncul wanita hitam berambut kusut dalam keadaan meletakkan kedua tangannya di bahunya menampakkan taringnya. Di belakangnya, ada juru kuncinya. Kemudian Khalid penggal lehernya dan pecah, ternyata ia adalah seekor merpati, lalu Khalid bin Al Walid membunuh juru kuncinya.20

  • Hubal 

Merupakan patung yang paling besar di Ka’bah. Diletakkan di tengah Ka’bah. patung ini terbuat dari batu ‘aqiq merah dalam rupa manusia. Dibawa ‘Amru bin Luhai dari Syam. 

  • Isaaf dan Naailah 

Dua patung berhala yang ada di dekat sumur Zamzam. Dua patung ini berasal dari sepasang orang Jurhum yang masuk ke Ka’bah dan berbuat fujur, lalu dikutuk menjadi dua batu, seiring perkalanan waktu, keduanya disembah. Aisyah berkata:

مَازِلْنَا نَسْنَعُ أَنَّ إِسَافًا وَنَائِلَةً كَانَ رَجُلَا وَأمْرَأَةً مِنْ جُرْهُمْ أَحْدَثَا فِيْ الْكَعْبَةِ فَمَسَخَهُمَا اللَّهُ حَجَرَيْنِ

Kami senantiasa ingat bahwa Isaaf dan Naailah adalah laki-laki dan wanita dari Jurhum berbuat dosa di Ka’bah lalu Allah rubah mereka menjadi dua batu21

  • ‘Am Anas atau ‘Amiya Anas

 Ini adalah berhala Bani Khaulaan. Mereka membagi-bagi hasil ternak dan pertaniannyamenjadi dua bagian; sebagian untuk Allah dan sebagian untuk berhalanya ini, sehingga Allah turunkan firmanNya, (artinya): Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bahagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka:”ini untuk Allah dan ini untuk berhalaberhala kami”. Maka sajian-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan sajian-sajian yang diperuntukan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu. (QS. Al An’aam 136) 

  • Sa’ad 

Ini adalah berhala milik Bani Mulkaan bin Kinaanah. 

  • Dzul Khalashah 

Ini adalah berhala milik kabilah Khats’am, Bajilah dan Daus yang berada di Tubaalah, daerah antara Makkah dan Yaman. Berbentuk rumah patung. Tentang berhala ini, Rasulullah pernah berkata kepada Jarir bin Abdillah Al Bajali : Bebaskanlah aku dari Dzul Khalashah. Dzul Khalashah adalah rumah berhala di Khats’am dinamai dengan nama Ka’bah Yamaniyah. Beliau berkata:” Aku berangkat bersama 150 tentara berkuda dari suku Ahmas dan mereka adalah ahli penunggang kuda”. Beliau berkata lagi: “Sedang aku tidak pandai mengendarai kuda perang,” maka Rasulullah memukul dadaku sampai aku melihat bekas pukulannya di dadaku dan menyatakan: “Ya, Allah. Tetapkanlah ia dan jadikanlah ia dai yang memberi petunjuk dan mengambil petunjuk.” Maka akupun berangkat dan menghancurkan serta membakarnya. 22 

Begitulah gambaran keadaan agama di Jazirah Arabiyah sebelum datangnya Islam. Mereka masih mengimani rububiyah Allah dan menganggap Allah sebagai sesembahannya juga.

Footnote: 

  1. As Sirah An Nabawiyah, karya Muhammad Abdulqadir Abu Faaris, Op.Cit. hlm. 82. 
  2. As Sirah An Nabawiyah Fi Dhu’I Al Mashadir Al Ashliyah, Op.Cit. hlm. 71. 
  3. Ibid. hlm. 71-72 
  4. Ibid. hlm. 71. 
  5. Mukhtashar Sirat Ar Rasul, karya Muhammad bin Abdulwahab At Tamimii, tahqiq Hana’ Muhammad Jazamaati, Cetakan Keenam, Tahun 1421H, Dar Al Kitab Al Arabi, Bairut, hlm.15. 
  6. Ibid. hlm. 50. 
  7. As Saya’ib adalah onta yang tidak boleh diberikan beban dan dikhususkan untuk nadzar, sehingga dilepas makan dan minum apa saja dan tidak menjadi tunggangan. 
  8. HR Al Bukhari dalam Shahih-nya, Kitab Al Maghazi, Bab Wafd Bani Hanifah Wa Hadits Tsumamah bin Atsaal, no. 3027
  9. Lihat As Sirah An Nabawiyah Fi Dhu’i Al Mashadir Al Ashliyah, Op.Cit. hlm. 72 dan 77. 
  10. Ibid, hlm. 50. 
  11. As Sirah An Nabawiyah Fi Dhau’i Al Mashadir Al Ashliyah, Op.Cit. hlm. 66. 
  12. Mukhtashar Sirah Ar Rasul, Op.Cit. hlm. 50. 
  13. As Sirah An Nabawiyah Fi Dhu’i Al Mashadir Al Ashliyah, Op.Cit. hlm. 66. 
  14. Ibid. 
  15. Ibid. hlm. 67. 
  16. Ibid. 
  17. Al Musyalla, adalah bukit yang memanjang sampai Qadid dari arah laut dekat dengan kota Makkah. 
  18. Mukhtashar Sirah Ar Rasul. Op.Cit. hlm. 51-52. 
  19. Ibid. hlm. 52. 
  20. Ibid. 
  21. HR Ibnu Ishaaq dengan sanad yang hasan. Lihat Sirah Ibnu Hisyam (1/127) dinukil dari As Sirah An Nabawiyah Fi Dhu’I Al Mashadir Al Ashliyah, Op.Cit. hlm. 67. 

Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun IX/1426H/2005M


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/artikel/keadaan-keagamaan-bangsa-arab-sebelum-terbitnya-islam/